AGN - Perang Rusia di Ukraina sempat diprediksi akan berakhir pada awal Mei, ketika Moskow kehabisan sumber daya untuk menyerang Kyiv. Namun hingga Sabtu (7/5/2022), Kremlin belum juga menyerah menyerang negara tetangganya.
Sejauh ini, dalam beberapa kali perundingan yang telah dilakukan, tidak ada hasil yang signifikan terkait pengakhiran perang. Hanya ada kesepakatan tentang pembukaan koridor kemanusiaan di beberapa lokasi.
Dalam beberapa video yang ditayangkan media Ukraina, Oleksiy Arestovich, Penasihat Kepala Staf Presiden Ukraina, mengatakan kapan perang berakhir akan sangat tergantung dari seberapa banyak sumber daya yang dimiliki Kremlin.
Saat itu Arestovich megatakan Ukraina sedang berada di persimpangan jalan antara terjadinya kesepakatan damai dan penarikan mundur pasukan atau adanya pengumpulan kembali pasukan sehingga akan muncul kesepakatan baru nantinya.
Untuk skenario yang lebih "gila", tambahnya, Rusia bisa saja menurunkan pasukan wajib militer yang baru sebulan dilatih.
Terlepas dari kapan kesepakatan damai akan terjadi, Arestovich menilai bentrokan kecil kemungkinan besar bakal terjadi hingga setahun setelahnya kendati Ukraina menginginkan pasukan Rusia mundur sepenuhnya dari wilayahnya.
Foto: Orang-orang berjalan dengan sepeda mereka di seberang jalan saat asap membubung di atas pabrik Azovstal Iron and Steel Works selama konflik Ukraina-Rusia di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina, Senin (2/5/2022). (REUTERS/Alexander Ermochenko) Orang-orang berjalan dengan sepeda mereka di seberang jalan saat asap membubung di atas pabrik Azovstal Iron and Steel Works selama konflik Ukraina-Rusia di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina, Senin (2/5/2022). (REUTERS/Alexander Ermochenko) |
Sementara menurut laporan analisa Reliefweb yang erafiliasi dengan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Rusia kini masih fokus bertahan di Ukraina timur, menyusul "operasi militer khusus" yang terhenti di utara negara tersebut.
"Kemungkinan konflik yang berkepanjangan akan berlanjut selama berbulan-bulan sebelum pembicaraan damai yang serius dipertimbangkan oleh kedua belah pihak," tulis analisa yang diterbitkan Sabtu (7/5/2022).
Rusia juga dikatakan tengah fokus pada tuduhan kejahatan perang terhadapnya. Hal ini meningkatkan kemungkinan serangan senjata kimia "tidak disengaja", sebab ini bisa dilakukan terhadap warga sipil di kota strategis yang lebih kecil di Ukraina.
Kremlin juga tengah berupaya untuk menghubungkan wilayah timur Donbas dengan wilayah selatan Krimea akan memungkinkannya untuk berkonsentrasi pada wilayah yang lebih kecil.
Di sisi lain, muncul bukti kekerasan seksual oleh angkatan bersenjata yang menargetkan perempuan dan anak perempuan yang bersembunyi di tempat penampungan. Namun Rusia menyangkal laporan kejahatan perang semacam itu adalah modus operandi yang telah digunakan Kremlin di Chechnya, Grozny, dan Suriah.
Serangan Rusia ke Ukraina sendiri sudah dimulai pada 24 Februari. Insiden ini membuat kota-kota di Ukraina menjadi puing-puing dan memaksa lebih dari 5 juta orang mengungsi ke luar negeri.
Dilansir dari laman CNBCIND
0 Komentar